
Cara membuat kamar bayi bebas nyamuk aman nyaman
June 24, 2025
Cara tikus melindungi diri adaptasi dan strategi bertahan
June 25, 2025Cara membasmi tikus sawah paling ampuh menjadi topik krusial bagi para petani yang selalu berjuang melindungi hasil panennya. Kehadiran tikus sawah bukan hanya sekadar hama biasa, melainkan ancaman serius yang dapat menyebabkan kerugian besar, bahkan kegagalan panen jika tidak ditangani dengan tepat dan efektif. Mengingat dampak ekonominya yang signifikan, pencarian metode pengendalian yang paling efektif dan efisien terus menjadi prioritas.
Oleh karena itu, memahami seluk-beluk musuh ini, mulai dari karakteristik, tanda-tanda keberadaan, hingga siklus hidupnya, menjadi langkah awal yang tak terhindarkan. Kemudian, akan ditelusuri berbagai pendekatan, baik yang telah teruji secara tradisional maupun inovasi modern, termasuk strategi penggunaan perangkap yang cerdas, untuk menemukan solusi terbaik dalam menjaga lahan pertanian tetap produktif.
Mengenali Tikus Sawah: Musuh Petani

Tikus sawah merupakan salah satu hama utama yang kerap menjadi momok bagi para petani di Indonesia. Kehadiran hewan pengerat ini tidak hanya menyebabkan kerugian materiil yang signifikan akibat kerusakan tanaman, tetapi juga dapat memicu stres dan frustrasi di kalangan petani. Untuk dapat mengendalikan populasi tikus sawah secara efektif, langkah pertama yang krusial adalah memahami musuh ini secara mendalam, mulai dari karakteristik fisiknya hingga siklus hidupnya.
Ciri Fisik dan Kebiasaan Tikus Sawah
Tikus sawah (Rattus argentiventer) memiliki karakteristik fisik dan perilaku yang khas, membedakannya dari jenis tikus lain. Ukurannya bervariasi, umumnya mencapai panjang tubuh sekitar 12-18 cm dengan ekor yang sedikit lebih pendek atau sama panjangnya dengan tubuh. Bulunya berwarna cokelat keabu-abuan di bagian punggung dan lebih terang, seringkali putih keperakan, di bagian perut. Moncongnya runcing dengan telinga yang relatif kecil.
Hewan pengerat ini dikenal sebagai nokturnal, yang berarti mereka aktif mencari makan pada malam hari. Mereka adalah penggali liang yang ulung, menciptakan jaringan terowongan kompleks di pematang sawah atau di bawah tanah. Liangnya berfungsi sebagai tempat berlindung, berkembang biak, dan menyimpan makanan. Tikus sawah memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi dan berkembang biak dengan cepat, menjadikannya ancaman serius bagi pertanian. Makanan utamanya adalah bulir padi, namun mereka juga mengonsumsi bagian tanaman lain, serangga, dan siput.
Deteksi Dini Keberadaan Tikus Sawah
Mendeteksi keberadaan tikus sawah sejak dini sangat penting untuk mencegah kerusakan yang lebih parah. Petani perlu jeli mengamati tanda-tanda awal di lahan mereka. Berikut adalah beberapa indikator utama yang bisa menjadi petunjuk adanya serangan tikus sawah:
- Kerusakan Tanaman: Perhatikan adanya tanaman padi yang rebah atau patah pada bagian pangkal batangnya. Tikus seringkali menggigit batang padi untuk mencapai bulir atau rebung muda.
- Bulir Padi yang Hilang atau Rusak: Di fase generatif, tanda yang jelas adalah bulir padi yang kosong, pecah, atau hilang dari malainya. Tikus sering memotong tangkai malai untuk membawa bulir padi ke liangnya.
- Lubang dan Liang: Temukan lubang-lubang di pematang sawah, di bawah rumpun padi, atau di tepi saluran irigasi. Ini adalah pintu masuk ke sarang dan terowongan tikus.
- Jejak Kaki dan Kotoran: Jejak kaki tikus yang kecil dan kotoran berbentuk butiran kecil, biasanya ditemukan di jalur lintasan mereka atau di sekitar area makan.
- Suara: Pada malam hari, terutama saat kondisi tenang, kadang-kadang terdengar suara mencicit atau gerusan dari aktivitas tikus di sawah.
- Jalan Setapak Tikus: Di area yang sering dilewati, seringkali terbentuk jalur kecil yang bersih dari vegetasi karena seringnya dilewati tikus.
Membedakan Tikus Sawah dengan Tikus Lain
Membedakan tikus sawah dari jenis tikus lain, seperti tikus rumah (Rattus rattus) atau tikus got (Rattus norvegicus), penting untuk menentukan strategi pengendalian yang tepat. Tikus sawah (Rattus argentiventer) umumnya memiliki ukuran tubuh sedang, dengan panjang ekor yang seringkali sama panjang atau sedikit lebih pendek dari panjang tubuhnya. Bulunya cenderung cokelat keabu-abuan di punggung dan putih keperakan di perut, memberikan kontras yang jelas. Moncongnya relatif runcing, dan telinganya kecil serta hampir tidak terlihat dari balik bulu. Mereka sangat teradaptasi dengan lingkungan sawah, seringkali menggali liang di pematang.
Sebagai perbandingan, tikus rumah (Rattus rattus) cenderung memiliki tubuh yang lebih ramping, ekor yang jauh lebih panjang dari tubuhnya, dan telinga yang relatif besar. Warna bulunya bervariasi dari hitam hingga cokelat keabu-abuan, namun seringkali tidak memiliki kontras warna perut sejelas tikus sawah. Tikus rumah lebih sering ditemukan di area pemukiman atau gudang. Sementara itu, tikus got (Rattus norvegicus) adalah jenis tikus yang paling besar, dengan tubuh kekar, ekor yang lebih pendek dari tubuh, dan moncong yang tumpul. Warna bulunya cenderung cokelat gelap keabu-abuan, dan mereka sering ditemukan di saluran pembuangan, selokan, atau area yang lembab. Dengan memahami perbedaan ciri fisik dan habitat ini, petani dapat lebih akurat mengidentifikasi jenis tikus yang menyerang lahan mereka.
Siklus Hidup dan Puncak Perkembangbiakan Tikus Sawah
Tikus sawah memiliki siklus hidup yang relatif singkat namun dengan kemampuan reproduksi yang sangat tinggi, menjadikannya hama yang sulit dikendalikan jika tidak ditangani dengan serius. Tikus betina dapat mencapai kematangan seksual pada usia sekitar 2-3 bulan. Masa bunting berlangsung sekitar 21-23 hari, dan setiap kali melahirkan, tikus betina dapat menghasilkan 6-12 ekor anak tikus. Uniknya, tikus betina dapat langsung kawin kembali setelah melahirkan, bahkan saat masih menyusui, yang dikenal sebagai estrus pasca-partus. Dalam setahun, satu ekor tikus betina mampu melahirkan hingga 5-8 kali, menghasilkan puluhan hingga ratusan keturunan.
Puncak perkembangbiakan tikus sawah biasanya terjadi pada musim tanam padi, terutama saat fase pertumbuhan vegetatif hingga generatif awal. Pada periode ini, ketersediaan pakan melimpah, mendukung peningkatan populasi secara drastis. Sebagai contoh, di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, populasi tikus sawah seringkali melonjak pada bulan-bulan setelah tanam hingga menjelang panen, sekitar bulan Maret-April dan September-Oktober, tergantung pada pola tanam setempat. Memahami periode puncak ini sangat krusial agar petani dapat merencanakan strategi pengendalian yang tepat dan intensif sebelum populasi tikus menjadi tidak terkendali.
Metode Pembasmian Tradisional yang Teruji

Pembasmian tikus sawah secara tradisional telah menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik pertanian di Indonesia. Metode-metode ini, yang diwariskan secara turun-temurun, membuktikan bahwa kearifan lokal memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan hasil panen. Berbekal bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar sawah serta pemahaman mendalam tentang perilaku hama, petani mampu merancang strategi yang efektif dan seringkali ramah lingkungan untuk mengendalikan populasi tikus.
Pilihan Metode Tradisional Pembasmi Tikus Sawah
Berbagai cara tradisional telah terbukti ampuh dalam mengurangi serangan tikus di lahan pertanian. Setiap metode memiliki karakteristiknya sendiri, baik dari segi kelebihan maupun kekurangan, yang perlu dipertimbangkan sesuai kondisi dan skala serangan. Berikut adalah perbandingan beberapa metode populer yang sering digunakan oleh petani.
| Metode | Kelebihan | Kekurangan | Catatan Tambahan |
|---|---|---|---|
| Gropyokan (Perburuan Massal) |
|
|
Dilakukan secara gotong royong, biasanya saat musim tanam baru atau setelah panen. Membutuhkan peralatan sederhana seperti alat pemukul dan jaring. |
| Penggunaan Umpan Alami |
|
|
Umpan bisa dicampur dengan bahan lain yang memiliki efek mematikan atau membuat tikus tidak nyaman (misalnya serbuk kaca halus, buah bintaro). |
| Perangkap Sederhana |
|
|
Contoh: perangkap tabung bambu, jebakan ember, atau perangkap kawat sederhana. Ideal untuk mengendalikan populasi kecil hingga menengah. |
Meningkatkan Efektivitas Perangkap Tikus Manual dan Jebakan Sederhana, Cara membasmi tikus sawah paling ampuh
Meskipun terlihat sederhana, penggunaan perangkap manual atau jebakan tradisional memerlukan strategi yang tepat agar hasilnya optimal. Beberapa tips dan trik berikut dapat membantu petani dalam memaksimalkan potensi perangkap yang dipasang.
- Penempatan yang Optimal: Letakkan perangkap di jalur lintasan tikus yang sering dilewati, seperti di pematang sawah, dekat lubang persembunyian, atau di area yang menunjukkan tanda-tanda aktivitas tikus (bekas gigitan, kotoran). Tikus cenderung bergerak mengikuti tepi atau dinding, jadi penempatan di jalur ini akan lebih efektif.
- Penggunaan Umpan yang Menarik: Pilih umpan yang disukai tikus dan memiliki aroma kuat, seperti ikan asin, kelapa parut sangrai, gabah, atau potongan buah-buahan yang manis. Ganti umpan secara berkala agar tetap segar dan menarik perhatian tikus.
- Frekuensi Pengecekan: Periksa perangkap secara rutin, idealnya setiap pagi dan sore. Hal ini penting untuk segera mengambil tikus yang terperangkap dan mengisi ulang umpan, sehingga perangkap siap digunakan kembali. Pengecekan rutin juga mencegah tikus mati terlalu lama di perangkap yang dapat menimbulkan bau dan membuat tikus lain curiga.
- Variasi Perangkap: Jangan terpaku pada satu jenis perangkap saja. Gunakan beberapa jenis perangkap secara bergantian atau kombinasikan untuk mengakali tikus yang mulai belajar menghindari jenis perangkap tertentu.
- Kebersihan Perangkap: Bersihkan perangkap dari bau tikus yang terperangkap sebelumnya. Bau ini bisa membuat tikus lain enggan mendekat. Mencuci perangkap atau menjemurnya di bawah sinar matahari dapat membantu menghilangkan bau.
Panduan Membuat Perangkap Tikus Alami Sederhana
Salah satu perangkap alami yang efektif dan mudah dibuat adalah perangkap jungkat-jungkit dengan ember atau lubang. Perangkap ini memanfaatkan prinsip keseimbangan dan gravitasi untuk menjebak tikus tanpa bahan kimia berbahaya.
Bahan-bahan yang Dibutuhkan:
- Sebuah ember berukuran sedang atau drum bekas (minimal 30 liter) atau galian lubang yang cukup dalam.
- Selembar papan kayu atau bambu tipis (sekitar 30-50 cm panjangnya, lebar 5-10 cm).
- Satu buah tongkat kayu kecil sebagai poros (sekitar 1-2 cm diameter).
- Tali atau kawat secukupnya.
- Umpan favorit tikus (misalnya potongan ikan asin, kelapa, atau gabah).
Langkah-langkah Pembuatan:
- Siapkan Ember/Lubang: Pastikan ember atau lubang memiliki kedalaman yang cukup agar tikus yang jatuh tidak bisa melompat keluar. Jika menggunakan ember, letakkan di permukaan yang rata. Jika menggunakan lubang, pastikan tepiannya licin.
- Buat Poros: Pasang tongkat kayu kecil secara melintang di atas mulut ember atau lubang. Tongkat ini akan menjadi poros tempat papan jungkat-jungkit bertumpu. Pastikan tongkat stabil dan tidak mudah bergeser.
- Pasang Papan Jungkat-Jungkit: Letakkan papan kayu atau bambu tipis di atas poros tongkat. Posisikan agar salah satu ujung papan lebih panjang dan menjulur keluar dari mulut ember, sementara ujung lainnya berada di atas bagian dalam ember.
- Atur Keseimbangan: Sesuaikan posisi papan agar sedikit miring ke arah luar ember. Bagian ujung yang menjulur keluar harus lebih berat atau sedikit ditahan agar tikus bisa naik.
- Pasang Umpan: Letakkan umpan yang menarik di ujung papan yang berada di atas bagian dalam ember. Pastikan umpan diletakkan di bagian yang akan terjungkit ke bawah jika ada beban.
- Buat Jalur Akses: Buatlah jalur atau jembatan kecil dari tanah atau ranting yang mengarah ke ujung papan yang menjulur keluar. Ini akan memudahkan tikus untuk mencapai perangkap.
- Pengecekan: Periksa perangkap secara rutin. Ketika tikus berjalan di atas papan menuju umpan, berat tubuhnya akan membuat papan jungkat-jungkit berputar, menjatuhkan tikus ke dalam ember atau lubang.
Strategi Penggunaan Perangkap yang Efektif

Perangkap menjadi salah satu metode pembasmian tikus sawah yang sangat diandalkan karena efektivitasnya, kemudahan aplikasinya, dan dampak lingkungan yang relatif minim dibandingkan penggunaan bahan kimia. Dengan strategi yang tepat, perangkap dapat secara signifikan mengurangi populasi tikus, melindungi hasil panen, dan menjaga ekosistem sawah tetap seimbang. Kunci keberhasilan terletak pada pemahaman jenis perangkap, penempatan yang cerdas, perawatan rutin, dan penggunaan umpan yang paling menarik.
Jenis Perangkap dan Waktu Penggunaan Optimal
Pemilihan jenis perangkap yang sesuai adalah langkah awal yang krusial dalam upaya pengendalian tikus sawah. Setiap jenis perangkap memiliki karakteristik dan efektivitas yang berbeda, sehingga penting untuk menyesuaikannya dengan kondisi lapangan dan tujuan pembasmian.
- Perangkap Jebak (Snap Trap): Perangkap ini bekerja dengan mekanisme pegas yang kuat, menjebak dan membunuh tikus secara instan. Perangkap jebak sangat efektif untuk populasi tikus yang tidak terlalu besar atau sebagai metode pembasmian cepat di area yang teridentifikasi banyak aktivitas tikus. Waktu terbaik menggunakannya adalah saat aktivitas tikus mulai terlihat intensif, biasanya pada malam hari.
- Perangkap Lem (Glue Trap): Perangkap lem menggunakan perekat kuat untuk menahan tikus yang melintas di atasnya. Jenis ini cocok untuk menangkap tikus dalam jumlah kecil atau di area yang sulit dijangkau perangkap jebak. Keunggulannya adalah mudah dipasang dan relatif aman dari jangkauan hewan peliharaan besar, meskipun tetap perlu pengawasan. Penggunaan paling efektif saat tikus mulai menjelajahi area baru atau saat mencari makan.
- Perangkap Hidup (Live Trap): Perangkap ini dirancang untuk menangkap tikus hidup-hidup tanpa melukai. Perangkap hidup ideal bagi petani yang ingin melepaskan tikus di lokasi yang jauh dari sawah atau jika ada kekhawatiran terhadap hewan non-target. Metode ini membutuhkan pemantauan lebih sering agar tikus tidak stres atau mati di dalam perangkap. Waktu terbaik menggunakannya adalah secara berkelanjutan untuk pemantauan populasi tikus.
Penempatan Perangkap yang Strategis di Sawah
Penempatan perangkap yang strategis adalah faktor penentu keberhasilan pembasmian tikus. Memahami perilaku tikus, termasuk jalur pergerakan dan lokasi sarang, akan memaksimalkan efektivitas setiap perangkap yang dipasang.
- Sepanjang Jalur Tikus: Tikus sawah cenderung bergerak mengikuti jalur yang sama, seringkali di sepanjang pematang sawah, tepi saluran irigasi, atau area yang terlindungi vegetasi. Tempatkan perangkap di jalur-jalur ini, pastikan tidak menghalangi pergerakan tikus namun cukup menarik perhatian mereka.
- Dekat Sarang dan Lubang: Identifikasi lokasi sarang atau lubang tikus yang aktif. Penempatan perangkap di dekat pintu masuk sarang atau lubang tikus akan meningkatkan peluang penangkapan karena tikus akan keluar masuk dari area tersebut.
- Area Sumber Makanan: Tikus akan berkumpul di dekat sumber makanan. Di sawah, ini berarti area tanaman padi yang mulai berbuah atau area penyimpanan benih. Pasang perangkap di titik-titik ini, tetapi pastikan umpan di perangkap lebih menarik daripada makanan alami yang tersedia.
- Area Terselubung: Tikus merasa lebih aman bergerak di bawah perlindungan. Tempatkan perangkap di bawah semak-semak, tumpukan jerami, atau di antara bebatuan yang memberikan kesan tersembunyi. Ini akan mengurangi kecurigaan tikus terhadap perangkap.
- Rotasi dan Observasi: Jika setelah beberapa hari perangkap tidak menangkap tikus, coba pindahkan ke lokasi lain. Amati tanda-tanda aktivitas tikus baru, seperti jejak kaki, kotoran, atau kerusakan tanaman, untuk menyesuaikan penempatan perangkap.
Perawatan dan Pembersihan Perangkap untuk Keberlanjutan
Perawatan dan pembersihan perangkap secara rutin sangat penting untuk menjaga efektivitasnya dan memastikan perangkap dapat digunakan kembali dengan optimal. Perangkap yang bersih dan terawat akan lebih menarik bagi tikus dan mengurangi risiko penolakan.
- Pembersihan Rutin: Setelah menangkap tikus, bersihkan perangkap dari sisa darah, kotoran, atau bau tikus mati. Gunakan sabun dan air, lalu bilas hingga bersih. Bau tikus yang tertinggal dapat membuat tikus lain curiga dan menghindari perangkap.
- Sterilisasi Ringan: Untuk perangkap jebak atau perangkap hidup, sesekali lakukan sterilisasi ringan menggunakan larutan disinfektan atau air panas. Ini membantu menghilangkan bakteri dan bau yang tidak diinginkan, sekaligus memperpanjang umur perangkap.
- Periksa Kerusakan: Periksa kondisi fisik perangkap secara berkala. Pastikan mekanisme pegas pada perangkap jebak masih berfungsi dengan baik, tidak ada bagian yang patah, atau lem pada perangkap lem masih lengket. Ganti perangkap yang rusak agar tidak membahayakan atau tidak efektif.
- Penyimpanan yang Tepat: Simpan perangkap yang tidak digunakan di tempat yang kering dan bersih, jauh dari jangkauan hama lain atau hewan peliharaan. Penyimpanan yang baik mencegah karat dan kerusakan, serta menjaga perangkap tetap siap pakai.
- Hindari Bau Manusia Berlebih: Saat menangani perangkap, usahakan untuk tidak meninggalkan bau manusia yang terlalu kuat. Gunakan sarung tangan saat menempatkan umpan atau membersihkan perangkap. Tikus memiliki indra penciuman yang tajam dan bau manusia dapat membuat mereka waspada.
Umpan Paling Menarik Perhatian Tikus Sawah
Pemilihan umpan adalah komponen vital dalam menarik tikus ke perangkap. Umpan yang tepat harus memiliki aroma kuat dan disukai tikus, bahkan lebih menarik daripada makanan alami yang ada di sekitar sawah.
Tikus sawah memiliki preferensi makanan yang bervariasi, namun beberapa jenis umpan terbukti sangat efektif karena daya tarik aromanya dan kandungan nutrisinya:
- Biji-bijian dan Kacang-kacangan: Biji-bijian seperti jagung, beras, atau gandum adalah umpan klasik yang efektif. Tikus sangat menyukai biji-bijian karena sumber energi yang baik. Kacang-kacangan seperti kacang tanah atau biji bunga matahari juga memiliki daya tarik tinggi.
- Buah-buahan Manis: Buah-buahan dengan aroma manis seperti pisang, pepaya, atau mangga yang sudah agak matang seringkali sangat menarik perhatian tikus. Potong kecil-kecil agar mudah diletakkan di perangkap.
- Makanan Berlemak atau Berprotein Tinggi: Daging asap, ikan asin, keju, atau selai kacang adalah pilihan umpan yang sangat disukai tikus karena kandungan lemak dan proteinnya yang tinggi serta aromanya yang kuat. Selai kacang sangat praktis karena lengket dan sulit diambil tanpa memicu perangkap.
- Umpan Buatan Sendiri (DIY):
Campuran Umpan Jitu: Kombinasikan 1 bagian sereal gandum (misalnya oatmeal), 1 bagian selai kacang, dan sedikit minyak ikan. Aduk rata hingga membentuk pasta kental. Sereal memberikan tekstur, selai kacang sebagai perekat dan daya tarik aroma, sementara minyak ikan menambah aroma amis yang sangat disukai tikus sawah.
Membasmi tikus sawah secara efektif memerlukan pendekatan komprehensif agar panen aman. Mulai dari penggunaan umpan hingga sanitasi lingkungan. Sama halnya dengan menjaga keindahan hunian, misalnya dengan memahami cara pel lantai granit yang tepat agar selalu berkilau. Dengan demikian, usaha membasmi tikus sawah akan memberikan hasil maksimal dan berkelanjutan.
Umpan ini dapat dibentuk menjadi bola-bola kecil atau dioleskan pada media umpan di perangkap.
- Rotasi Umpan: Jika tikus mulai tidak tertarik pada satu jenis umpan, coba ganti dengan jenis lain. Tikus bisa menjadi ‘cerdas’ dan mengenali umpan yang sama. Variasi umpan dapat menjaga minat mereka.
Ringkasan Akhir

Dengan memadukan pengetahuan tentang musuh, kearifan lokal yang telah terbukti, serta inovasi teknologi terkini, petani dapat menyusun strategi pengendalian tikus sawah yang holistik dan berkelanjutan. Ingatlah bahwa keberhasilan tidak hanya terletak pada satu metode ampuh, melainkan pada kombinasi pendekatan yang adaptif dan terus-menerus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Konsistensi dalam penerapan dan evaluasi berkala akan menjadi kunci utama dalam menjaga lahan pertanian tetap produktif dan terbebas dari ancaman hama pengerat ini.
Pertanyaan yang Sering Muncul: Cara Membasmi Tikus Sawah Paling Ampuh
Apakah tikus sawah berbahaya bagi kesehatan manusia?
Ya, tikus sawah dapat membawa berbagai penyakit zoonosis (penyakit yang menular dari hewan ke manusia) seperti Leptospirosis, Hantavirus, dan Salmonellosis, yang dapat menyebar melalui urine, feses, atau gigitan tikus.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membasmi tikus sawah sepenuhnya?
Waktu yang dibutuhkan sangat bervariasi tergantung tingkat infestasi, luas lahan, dan konsistensi metode yang digunakan. Pengendalian biasanya membutuhkan beberapa minggu hingga bulan, dan seringkali perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Adakah cara alami untuk mencegah tikus sawah datang tanpa membasmi?
Pencegahan alami dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lahan, menghilangkan tempat persembunyian, menanam tanaman pengusir hama (misalnya mint atau bawang putih di sekitar batas lahan), serta memanfaatkan predator alami seperti ular atau burung hantu.
Bagaimana cara membuang bangkai tikus yang mati karena racun?
Bangkai tikus harus ditangani dengan sarung tangan, lalu dibungkus rapat dalam kantong plastik dan dikubur dalam-dalam atau dibakar untuk mencegah penyebaran penyakit dan bau yang menarik hama lain.
Apa yang harus dilakukan jika anak-anak atau hewan peliharaan tidak sengaja bersentuhan dengan racun tikus?
Segera cuci area yang terpapar dengan sabun dan air mengalir. Jika tertelan, segera cari pertolongan medis atau dokter hewan dan bawa kemasan racun agar penanganan bisa tepat.



